Tuesday, 13 November 2018

Al Quran Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Baqarah Ayat 25 | Tafsir Ibnu Katsir Indonesia

al quran

Shahih Tafsir Ibnu Katsir


al quran
Surat al-Baqarah

Al-Baqarah, Ayat 25

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam Surga-surga itu, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.' Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan bagi mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. 2: 25)

Balasan Bagi Orang-orang Mukmin yang Shalih.

Setelah Allah Ta'ala menyebutkan adzab dan siksaan yang disediakan bagi musuh-musuh-Nya dari kalangan orang-orang yang celaka, yaitu orang-orang yang kafir kepada-Nya dan kepada Rasul-rasul-Nya, selanjutnya Dia mengiringinya dengan menyebutkan keadaan para wali-Nya dari kalangan orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, serta membuktikan iman mereka dengan 'amal shalih. Dan itulah makna penyebutan al-Qur-an sebagai "Matsaani" menurut pendapat 'ulama yang paling benar, sebagaimana yang akan kami uraikan pada tempatnya. Yaitu penyebutan iman yang diiringi dengan penyebutan kekufuran, atau sebaliknya. Atau penyebutan orang-orang yang berbahagia diiringi dengan penyebutan orang-orang yang celaka dan sebaliknya. Kesimpulannya adalah penyebutan sesuatu dan disertai kebalikannya (secara beriringan).

Adapun penyebutan sesuatu dengan apa yang menyerupainya disebut sebagai tasyabbuh, sebagaimana akan kami terangkan lebih lanjut insya Allah. Oleh karenanya (al-Qur-an selalu mengiringi penyebutan sesuatu dengan kebalikannya, maka setelah menyebutkan orang-orang yang celaka), Allah Ta'ala berfirman:

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya."

Dijelaskan bahwa di bawahnya mengalir sungai-sungai, yakni di bawah pepohonan dan kamar-kamarnya.

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa sungai-sungai di Surga mengalir tanpa parit. Disebutkan pula tentang sifat telaga al-Kautsar bahwa tepiannya adalah mutiara yang berongga. Tidak ada pertentangan antara keduanya. Tanahnya terbuat dari minyak kasturi al-adzfar, pasirnya dari mutiara dan permata. Kita memohon kepada Allah karunia-Nya, sesungguhnya Dia Maha Melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dari Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

'Sungai-sungai Surga memancar dari bawah anak bukit atau gunung yang terbuat dari kasturi.'" (108)

Diriwayatkan juga dari Masruq, ia berkata, "'Abdullah mengatakan: 'Sungai-sungai Surga memancar dari gunung kasturi.'" (109)

Al Quran


Keserupaan Buah-buahan Surga Sebagian dengan Sebagian Lainnya.

Firman Allah Ta'ala:

"Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam Surga-surga itu, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.'"

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir, ia mengatakan: "Rerumputan Surga terbuat dari za'faran, bukitnya terbuat dari kasturi. Mereka akan dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda belia dengan membawa buah-buahan dan penduduk Surga memakannya. Kemudian mereka diberikan lagi buah-buahan yang serupa. Maka berkatalah penduduk Surga: 'Ini adalah buah-buahan yang kalian bawa tadi.' Maka para pelayan muda tersebut berkata: 'Makanlah, warnanya serupa tetapi rasanya berbeda.'" Itulah makna dari firman Allah Ta'ala: "Mereka diberi buah-buahan yang serupa." Abu Ja'far ar-Razi meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas, dari Abul 'Aliyah, ia mengatakan: "Mereka diberi buah-buahan yang serupa," antara buah yang satu dengan buah yang lainnya ada kemiripan, tetapi rasanya berbeda. (110)

'Ikrimah mengatakan: "Mereka diberi buah-buahan yang serupa," maksudnya serupa dengan buah-buahan di dunia, hanya saja buah-buahan di Surga lebih baik. (111)

Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari al-A'masy, dari Abu Zhibyan, dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhum, ia mengatakan: "Tidak ada keserupaan antara buah-buahan Surga dengan buah-buahan di dunia, kecuali hanya namanya saja." Dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak ada di dunia ini sesuatu yang menyerupai apa yang ada di Surga, kecuali namanya saja." (112)

Isteri-isteri yang Suci Bagi Penduduk Surga.

Mengenai firman Allah Ta'ala: "Dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci," Ibnu Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma, ia mengatakan: "Maksudnya, suci dari noda dan kotoran." (113)

Mujahid mengatakan: "Yaitu suci dari haidh, tinja, air seni, dahak, ingus, mani maupun anak." (114)

Qatadah mengatakan: "Suci dari kotoran dan perbuatan dosa." Dalam salah satu riwayat darinya ia berkata: "Tidak pernah haidh dan tidak memiliki beban untuk beramal."

Hal yang sama diriwayatkan dari 'Atha', al-Hasan, adh-Dhahhak, Abu Shalih, 'Athiyyah, dan as-Suddi. (115)

Sedangkan firman-Nya: "Dan mereka kekal di dalamnya," itulah kebahagiaan yang sempurna. Dengan nikmat tersebut, mereka berada di tempat yang aman dari kematian, sehingga kenikmatan itu tiada akhir dan tidak akan ada habisnya. Bahkan mereka senantiasa berada dalam kenikmatan abadi selama-lamanya. Semoga Allah 'Azza wa Jalla memasukkan kita ke dalam golongan mereka, sesungguhnya Dia Maha Pemurah, Mahamulia lagi Maha Penyayang.

Baca selanjutnya:



al quran

===

Catatan Kaki:

(108) Ibnu Abi Hatim 1/87.

(109) Ibnu Abi Hatim 1/88.

(110) Ibnu Abi Hatim 1/90.

(111) Tafsiir ath-Thabari 1/391.

(112) Tafsiir ath-Thabari 1/392.

(113) Tafsiir ath-Thabari 1/395.

(114) Tafsiir ath-Thabari 1/396.

(115) Ibnu Abi Hatim 1/91.

===

Maraji'/ sumber: https://baitulkahfitangerang.blogspot.com/

AlQuran Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Baqarah Ayat 23-24 | Tafsir Ibnu Katsir Indonesia

alquran

Shahih Tafsir Ibnu Katsir


alquran
Surat al-Baqarah

Al-Baqarah, Ayat 23-24

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur-an yang Kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur-an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. (QS. 2: 23) Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir. (QS. 2: 24)

Penetapan Risalah Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Sallam

Setelah menetapkan bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, selanjutnya Dia menetapkan kenabian. Allah berfirman yang ditujukan kepada orang-orang kafir: "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur-an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami," maksudnya adalah Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka "fa'-tuu bisuuratin" buatlah satu surat yang serupa dengan surat dari Kitab (al-Qur-an) yang dibawa oleh Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Jika kalian menyangka bahwa wahyu itu diturunkan dari selain Allah, bandingkanlah surat buatan kalian itu dengan apa yang telah dibawa oleh Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Dan untuk itu mintalah bantuan kepada siapa saja yang kalian kehendaki selain Allah 'Azza wa Jalla. Maka sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukannya.

Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma berkata: "Syuhadaa-a kum" berarti para penolong kalian. (99)

As-Suddi meriwayatkan dari Abu Malik, ia mengatakan: "Arti syurakaa-ukum (sekutu) yaitu kaum lain yang mau membantu kalian untuk melakukan hal tersebut. Dan mintalah bantuan kepada sembahan-sembahan kalian yang kalian anggap mampu membantu dan menolong kalian." (100)

Mujahid berkata: "Wad'uu syuhadaa-a kum" maksudnya orang-orang yang bersedia menjadi saksi atas hal itu, yakni para pujangga dan ahli bahasa. (101)

Tantangan (Allah) dan Ketidakmampuan (Orang-orang kafir) untuk Menandingi AlQuran


Allah juga telah menantang mereka untuk melakukan hal tersebut pada banyak surat dalam al-Qur-an. Allah berfirman dalam surat al-Qashash:

"Katakanlah, 'Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan al-Qur-an), niscaya aku mengikutinya, jika kamu memang orang-orang yang benar.'" (QS. Al-Qashash: 49)

Allah berfirman dalam surat al-Israa':

"Katakanlah: 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur-an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.'" (QS. Al-Israa': 88)

Allah berfirman dalam surat Huud:

"Bahkan mereka mengatakan: 'Muhammad telah membuat-buat al-Qur-an itu.' Katakanlah: '(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.'" (QS. Huud: 13)

Demikian juga dalam surat Yunus:

"Tidaklah mungkin al-Qur-an ini dibuat oleh selain Allah, akan tetapi (al-Qur-an itu) membenarkan Kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan: 'Muhammad membuat-buatnya.' Katakanlah: '(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggilah siapa saja yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.'" (QS. Yunus: 37-38)

Semua ayat di atas diturunkan di Makkah.

Kemudian Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menantang mereka melakukan hal tersebut di Madinah, seperti yang tercantum dalam ayat ini. Dia berfirman: "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur-an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengannya," yaitu yang serupa dengan al-Qur-an. Demikianlah yang dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah serta dipilih oleh Ibnu Jarir ath-Thabari, az-Zamakhsyari, ar-Razi dan dinukil dari 'Umar, Ibnu Mas'ud, Ibnu 'Abbas, al-Hasan al-Bashri dan mayoritas muhaqqiq (102). Pendapat ini dinilai kuat dengan berbagai pertimbangan. Yang terbaik di antaranya bahwa Allah 'Azza wa Jalla menantang mereka secara keseluruhan, baik orang-perorang maupun secara kelompok, baik yang buta huruf ataupun yang ahli bahasa. Ini adalah tantangan yang paling tegas dan sempurna daripada sekedar menantang orang perorang dari mereka yang tidak mahir menulis dan belum mendalami ilmu sedikit pun. Mereka pun berdalil dengan firman-Nya:

"Kalau demikian, maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya." (QS. Huud: 13)

Dan juga firman-Nya:

"Niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya." (QS. Al-Israa': 88)

Tantangan ini umum ditujukan kepada mereka semua, sedangkan mereka adalah ummat yang paling fasih berbahasa. Allah telah menantang mereka berulang kali, baik di Makkah maupun di Madinah, sedangkan mereka adalah ummat yang sangat memusuhi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan membenci agama yang beliau bawa. Meskipun demikian mereka sama sekali tidak mampu melakukannya.

Karena itulah Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: "Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya)." Kata "lan" berfungsi untuk menafikan (meniadakan) selama-lamanya di masa yang akan datang. Artinya kalian tidak akan pernah bisa melakukannya selama-lamanya.

Ini pun merupakan mukjizat lain, di mana Allah memberikan sebuah kabar yang pasti dengan berani tanpa rasa takut ataupun khawatir, bahwa al-Qur-an tidak akan pernah dapat ditandingi selamanya. Fakta membuktikan bahwa sejak dahulu hingga sekarang dan sampai kapanpun tidak akan ada yang mampu menyamai al-Qur-an dan tidak mungkin bagi seseorang untuk melakukannya. Al-Qur-an adalah firman Allah, Rabb pencipta segala sesuatu, maka bagaimana mungkin firman Sang Pencipta diserupakan dengan ucapan makhluk?!

Di Antara Bentuk Mukjizat al-Qur-an

Siapa saja yang mencermati dan memperhatikan al-Qur-an dengan seksama niscaya dia akan menemukan berbagai keunggulannya yang tidak tertandingi dalam seni sastra, baik yang tersurat maupun yang tersirat, baik dari sisi lafazh maupun makna. Allah Ta'ala berfirman: "Alif laam ra-dhiyallaahu 'anha', (inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu." (QS. Huud: 1) Artinya, lafazh-lafazhnya dikokohkan dan makna-maknanya diterangkan secara rinci, atau sebaliknya (lafazh-lafazhnya diterangkan dengan rinci dan makna-maknanya dikokohkan). Dengan demikian seluruh kata dan maknanya dikemukakan secara fasih, tidak ada yang dapat menyamai dan menandinginya. Di dalamnya Allah mengabarkan berita-berita ghaib yang telah terjadi dan memang hal itu terjadi sama persis dengan apa yang dikabarkan tersebut. Di dalamnya Dia memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, "Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur-an), sebagai kalimat yang benar dan adil." (QS. Al-An'aam: 115) Artinya, benar dalam berita yang disampaikan al-Qur-an dan adil dalam hukum-hukum yang dimuatnya. Dengan demikian, seluruh kandungan al-Qur-an adalah benar, adil dan merupakan petunjuk. Di dalamnya tidak ada sedikit pun kecerobohan, kebohongan atau sesuatu yang dibuat-buat. Tidak seperti sya'ir-sya'ir Arab dan sya'ir'isya'ir selain mereka yang diwarnai dengan berbagai kecerobohan serta kebohongan, dan sya'ir-sya'ir itu tidak akan indah kecuali dengan hal-hal seperti itu. Sebagaimana diungkapkan dalam sya'ir:

"Sesungguhnya kata yang paling sedap adalah kata yang paling dusta."

Engkau temukan dalam qashidah (untaian sya'ir) yang panjang pada umumnya berisi penyebutan sifat-sifat wanita, kuda atau minuman keras. Atau pujian terhadap orang tertentu, terhadap kuda, unta, perang atau peristiwa dan tragedi yang terjadi. Dan juga binatang buas atau suatu fenomena yang terjadi, yang mana semua itu tidak mengandung faedah, kecuali hanya menonjolkan kemampuan mutakallim (pembicara) tertentu dalam mengungkapkan sesuatu yang tersembunyi atau detail, atau menampilkan sesuatu dengan tampilan yang nyata. Kemudian engkau dapati ia mengarang satu atau dua bait sya'ir atau bahkan lebih yang kebanyakannya hanyalah sya'ir-sya'ir qashidah dan sebagian besar isinya tidak mengandung manfaat sama sekali.

Sedangkan al-Qur-an, seluruh kandungannya benar-benar fasih. Berada di puncak keindahan bahasa bagi orang-orang yang memahaminya secara rinci maupun global, yakni bagi mereka yang memahami ucapan dan ungkapan bahasa Arab.

Jika engkau merenungkan berita-berita dari al-Qur-an, pasti engkau akan mendapatinya berada di puncak cita rasa yang mengagumkan, baik disajikan secara panjang lebar maupun singkat, baik berulang-ulang ataupun tidak. Setiap kali diulang, maka semakin mempesona dan tinggi cita rasa keindahannya. Tidak basi dengan banyaknya pengulangan dan tidak menjadikan para 'ulama menjadi bosan. Jika Allah memberikan ancaman dan peringatan keras di dalamnya, maka gunung-gunung yang berdiri kokoh menjadi goncang karenanya. Maka bagaimana pendapatmu dengan hati yang benar-benar memahami hal tersebut? Dan jika Allah berjanji, Dia mengemukakannya dengan ungkapan yang dapat membuka hati dan pendengaran, sehingga hati pun merindukan Surga yang penuh kedamaian di sisi 'Arsy ar-Rahmaan. Sebagaimana firman-Nya yang mengandung targhiib (dorongan) berikut ini:

"Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah: 17)

Allah juga berfirman:

"Dan di dalam Jannah itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (di pandang) mata dan kalian kekal di dalamnya." (QS. Az-Zukhruf: 71)

Adapun tarhiib (ancaman) yang Allah sampaikan di antaranya dalam firman-Nya:

"Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Allah) yang menjungkir-balikkan sebagian daratan bersama kamu?" (QS. Al-Israa': 68)

Allah juga berfirman:

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjurkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku." (QS. Al-Mulk: 16-17)

Dalam memberikan teguran, Allah Ta'ala berfirman:

"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya." (QS. Al-'Ankabuut: 40)

Sedangkan dalam memberikan nasihat Dia berfirman:

"Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya." (QS. Asy-Syu'aaraa': 205-207)

Selain itu, masih banyak bentuk-bentuk kefasihan, balaghah dan keindahan lainnya.

Ketika ayat-ayat al-Qur-an berkaitan dengan hukum, perintah dan larangan, maka ayat-ayat itu mencakup perintah-Nya untuk mengerjakan seluruh perkara yang ma'ruf, baik, bermanfaat dan Dia cintai, serta larangan-Nya dari seluruh perkara yang buruk, hina dan tercela. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu dan 'ulama Salaf lainnya, ia mengatakan: "Jika engkau mendengar Allah Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman,' maka siapkanlah pendengaranmu dengan baik, karena ayat itu mengandung kebaikan yang Dia perintahkan atau keburukan yang Dia larang." Oleh karena itu Allah Ta'ala berfirman:

"Yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka." Dan ayat seterusnya (QS. Al-A'raaf: 157)

Dan jika ayat-ayat al-Qur-an menerangkan tempat kembali manusia di akhirat serta huru-hara di dalamnya, juga menyifati Surga dan Neraka serta apa yang dijanjikan Allah bagi para wali-Nya berupa kenikmatan dan kelezatan, dan ancaman Allah bagi musuh-musuh-Nya berupa siksa dan adzab yang pedih, maka ayat-ayat tersebut memberikan kabar gembira atau memberikan peringatan dan menyeru kepada perbuatan baik serta menjauhi segala macam kemunkaran. Selain itu ayat-ayat tersebut juga mengajak manusia agar zuhud terhadap dunia, mencintai kehidupan akhirat dan menetapi jalan yang lebih utama, serta memberikan petunjuk kepada jalan Allah yang lurus dan syari'at-Nya yang benar, dan melenyapkan berbagai gangguan syaitan terkutuk yang mengotori hati.

Al-Qur-an Adalah Mukjizat Terbesar Nabi Kita Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim, diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra-dhiyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tidak seorang pun dari para Nabi melainkan telah diberikan kepadanya beberapa mukjizat yang manusia akan beriman dengannya. Adapun mukjizat yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah. Dan aku berharap menjadi Nabi yang paling banyak memiliki pengikut pada hari Kiamat." (103)

Lafazh di atas berdasarkan riwayat Muslim.

Sabda beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, "Adapun mukjizat yang diberikan kepadaku adalah wahyu," maksudnya bahwa yang dikhususkan kepadaku di antara para Nabi lainnya adalah al-Qur-an yang tidak mungkin ada ummat manusia yang mampu menandinginya. Berbeda dengan Kitab-kitab lainnya yang diturunkan oleh Allah, karena Kitab-kitab itu bukan mukjizat menurut pendapat kebanyakan 'ulama. Wallaahu a'lam.

Dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memiliki bukti-bukti kenabian dan kebenaran dari apa yang beliau bawa yang jumlahnya tidak terhitung. Hanya milik Allah-lah pujian dan sanjungan.

Yang Dimaksud dengan Batu.

Firman Allah Ta'ala:

"Maka peliharalah dirimu dari Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir." Kata al-waquud artinya sesuatu yang dilemparkan ke dalam Neraka untuk menyalakan apinya, sebagaimana kayu bakar dan yang lainnya. Hal yang sama disebutkan dalam firman-Nya:

"Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi Neraka Jahannam." (QS. Al-Jinn: 15)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu 'ibadahi selain Allah adalah umpan Neraka Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu ilah-ilah, tentulah mereka tidak masuk Neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya." (QS. Al-Anbiyaa': 98-99)

Maksud kata al-hijaarah (batu) dalam ayat di atas adalah batu pemantik api yang besar, berwarna hitam, sangat keras dan berbau busuk. Batu inilah yang suhunya paling panas ketika membara. Semoga Allah menyelamatkan kita darinya.

Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud batu di sini adalah patung-patung yang dahulunya disembah selain Allah, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu 'ibadahi selain Allah adalah umpan Jahannam," dan ayat selanjutnya. (QS. Al-Anbiyaa': 98)

Mengenai firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala: "Yang disediakan bagi orang-orang kafir," dhamir (kata ganti) pada kata "u'iddat" kembali kepada Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, dan mungkin juga kembali kepada batu. Tidak ada pertentangan makna di antara kedua pendapat ini, karena keduanya (Neraka dan batu tersebut) tidak bisa dipisahkan. U'iddat berarti disediakan dan dipersiapkan bagi orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq, dari Muhammad, dari 'Ikrimah atau Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas ra-dhiyallaahu 'anhuma bahwa "u'iddat lil kaafiriin" artinya disediakan bagi orang-orang seperti kalian yang berada dalam kekufuran. (104)

Neraka Jahannam Telah Ada Sekarang.

Di antara imam Ahlus Sunnah banyak yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa Neraka telah ada sekarang ini, berdasarkan firman-Nya: "u'iddat" yang artinya telah disediakan atau telah dipersiapkan. Banyak juga hadits-hadits yang menunjukkan hal ini, di antaranya adalah hadits:

"Surga dan Neraka telah saling berdebat." (105)

Demikian juga hadits:

"Neraka pernah meminta izin kepada Rabb-nya, ia berkata: 'Wahai Rabb-ku, sebagian dariku memakan sebagian lainnya.' Lalu Allah mengizinkan baginya dua nafas: Satu nafas pada musim dingin dan satu nafas pada musim panas." (106)

Dan juga hadits Ibnu Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu: "Kami pernah mendengar bunyi sesuatu yang jatuh, lalu kami pun bertanya: 'Apa itu?' Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

'Itulah batu yang dijatuhkan dari tepi Jahannam sejak tujuh puluh tahun yang lalu dan baru sekarang sampai di dasarnya.'"

Dan ini adalah riwayat Muslim. (107)

Demikianlah pula hadits tentang shalat Gerhana, malam Isra' dan hadits-hadits mutawatir lainnya yang berkenaan dengan makna ini.

Baca selanjutnya:



alquran

===

Catatan Kaki:

(99) Tafsiir ath-Thabari 1/376.

(100) Ibnu Abi Hatim 1/84.

(101) Ibnu Abi Hatim 1/85.

(102) Ulama yang senantiasa meneliti kembali berbagai permasalahan agama dengan merujuk kepada dalil-dalilnya, -pent.

(103) Fat-hul Baari 8/619 dan Muslim 1/134. Al-Bukhari no. 4981, Muslim no. 152.

(104) Tafsiir ath-Thabari 1/383.

(105) Muslim 4/2186. Al-Bukhari no. 4850, Muslim no. 2847.

(106) Al-Bukhari no. 537, dan Tuhfatul Ahwadzi 7/317. At-Tirmidzi no. 2592. Namun setelah kami lihat referensi asli, yaitu Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim, ternyata kami dapati lafazh-lafazhnya berbunyi, "Neraka mengeluh kepada Rabb-nya." Wallaahu a'lam.

(107) Muslim 4/2184 no. 2844.

alquran

===

Maraji'/ sumber: https://baitulkahfitangerang.blogspot.com/

Monday, 12 November 2018

Tafsir Quran Terbaik Ibnu Katsir Surat Al Baqarah Ayat 21-22 | Tafsir Ibnu Katsir Indonesia

tafsir quran terbaik

Shahih Tafsir Ibnu Katsir


tafsir quran terbaik
Surat al-Baqarah

Keesaan dan Kekuasaan Allah 'Azza wa Jalla, -pent.

Al-Baqarah, Ayat 21-22

Hai manusia, ibadahilah Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa. (QS. 2: 21) Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. 2: 22)

Tauhid Uluhiyyah (Keesaan Allah Dalam Hal Ibadah)

Berikutnya Allah Tabaaraka wa Ta'aala menjelaskan keesaan Uluhiyyah-Nya, bahwa Dialah yang menganugerahkan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan menciptakan mereka dari tidak ada menjadi ada, serta menyempurnakan bagi mereka nikmat lahir maupun batin, Dia menjadikan bagi mereka bumi yang terhampar seperti tikar sehingga dapat ditempati dan dihuni, yang dikokohkan dengan gunung-gunung yang tinggi menjulang, "Dan langit serta pembangunannya," (QS. Asy-Syams: 5) yaitu dijadikan-Nya langit sebagai atap. Sebagaimana Dia berfirman di ayat lain: "Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya." (QS. Al-Anbiyaa': 32)

"Dan Dia telah menurunkan air hujan dari langit bagi mereka." Yang dimaksud dengan langit di sini adalah awan yang turun ketika mereka membutuhkan. Lalu Dia mengeluarkan untuk mereka buah-buahan dan tanaman seperti yang mereka saksikan sebagai rizki bagi mereka dan juga ternak mereka. Sebagaimana disebutkan pada banyak tempat di dalam al-Qur-an.

Di antara ayat yang serupa dengan ini adalah firman Allah Sub-haanahu wa Ta'aala:

"Allah-lah yang menjadikan bumi bagimu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentukmu lalu membaguskan rupamu serta memberi rizki dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian adalah Allah Rabbmu, Mahaagung Allah, Rabb semesta alam." (QS. Al-Mu'-min: 64)

Ayat ini menjelaskan bahwa Dialah Pencipta, Pemberi rizki, Raja alam semesta berikut penghuninya dan yang memberi rizki kepada mereka. Dengan demikian, hanya Dialah yang berhak diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu, Allah berfirman: "Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 22)

Dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim disebutkan sebuah hadits dari Ibnu Mas'ud ra-dhiyallaahu 'anhu, ia menceritakan:

"Aku pernah bertanya: 'Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?' Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 'Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia yang telah menciptakanmu.'" (95) (Dan hadits selanjutnya).

Demikian juga hadits Mu'adz ra-dhiyallaahu 'anhu:

"Tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya? Yaitu mereka beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun." (96) (Dan hadits selanjutnya).

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan: 'Atas kehendak Allah dan kehendak fulan.' Akan tetapi hendaklah ia mengatakan: 'Atas kehendak Allah, kemudian kehendak fulan.'" (97)

Tafsir Quran Terbaik


Dalil-dalil yang Menunjukkan Adanya Allah Ta'ala

Banyak ahli tafsir, di antaranya ar-Razi dan selainnya menjadikan ayat ini sebagai dalil yang menunjukkan adanya Sang Pencipta (Allah 'Azza wa Jalla). Ayat tersebut menunjukkannya dengan metode terbaik. Karena barangsiapa memperhatikan semua ciptaan-Nya, baik yang ada di bumi maupun di langit, perbedaan bentuk, warna, karakter, serta manfaatnya, dan semua itu diletakkan pada tempat yang mendatangkan manfaat secara tepat, niscaya ia akan mengetahui kekuasaan Penciptanya, meyakini hikmah, ilmu, kecermatan, dan keagungan kekuasaan-Nya. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Arab badui ketika ditanya: "Apa dalil yang menunjukkan adanya Rabb?" Maka mereka menjawab: "Subhaanallaah, kotoran unta menunjukkan adanya unta, dan jejak kaki menunjukkan adanya orang yang pernah berjalan. Bukankah langit mempunyai gugusan bintang, bumi memiliki jalan-jalan yang lurus, dan lautan mempunyai gelombang? Tidakkah yang demikian itu menunjukkan adanya Allah Yang Mahalembut dan Maha Mengetahui? (98)

Maka barangsiapa yang memperhatikan ketinggian dan luasnya langit serta berbagai bintang, komet dan planet, juga merenungkan bagaimana semua benda itu berputar di falak (orbit) yang luar biasa besarnya pada setiap siang dan malam hari, dan pada saat yang sama masing-masing benda itu berputar pada porosnya. Juga memperhatikan lautan yang mengelilingi bumi dari segala arah, serta gunung-gunung yang dipancangkan di bumi agar menjadi tetap dan tidak bergoyang dan penduduknya dapat tinggal di dalamnya walaupun dengan bentuk permukaan bumi yang bermacam-macam dan berwarna-warni, sebagaimana Allah berfirman:

"Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan sejenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS. Faathir: 27-28)

Demikian pula sungai-sungai yang mengalir dari satu daerah ke daerah lain yang membawa berbagai manfaat. Diciptakan juga berbagai macam binatang, tumbuh-tumbuhan yang memiliki rasa, bau, bentuk dan warna yang beraneka ragam, padahal tumbuh-tumbuhan itu hidup pada tanah dan air yang sama. Maka semua itu menjadi dalil adanya Rabb Sang Pencipta, dan menunjukkan kekuasaan-Nya yang agung, hikmah, rahmat, kelembutan dan kebaikan-Nya kepada semua makhluk yang Dia ciptakan. Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, hanya kepada-Nya kami bertawakkal dan kepada-Nya-lah kami kembali.

Ayat-ayat al-Qur-an yang menunjukkan hal ini sangatlah banyak.

Baca selanjutnya:


tafsir quran terbaik

===

Catatan Kaki:

(95) Fat-hul Baari 8/350 dan Muslim 1/90. Al-Bukhari no. 4477, Muslim no. 86.

(96) Fat-hul Baari 13/359 dan Muslim 1/59. Al-Bukhari no. 2856, Muslim no. 30.

(97) Ahmad 5/384, 394, 398. Shahih: Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam kitabnya Silsilah ash-Shahiihah no. 137.

(97) Ahmad 5/384, 394, 398. Shahih: Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam kitabnya Silsilah ash-Shahiihah no. 137.

(98) Ar-Razi 2/91.

tafsir quran terbaik

===

Maraji'/ sumber: https://baitulkahfitangerang.blogspot.com/